Mengenal Barong Waraha: Bukan Badak, Melainkan Jelmaan Dewa Wisnu
![]() |
Mengenal Barong Waraha: Bukan Badak, Melainkan Jelmaan Dewa Wisnu |
YAYASANPUDARA | Barong Waraha merupakan simbol yang menghubungkan antara Bumi dan langit, menciptakan harmoni dalam kosmos. Dalam konteks budaya Jawa, hal ini mencerminkan pentingnya keseimbangan antara alam dan manusia, serta pengaruhnya terhadap identitas dan tradisi masyarakat Jawa yang semakin terlupakan.
Barong Waraha, atau yang sering disebut Barong Warak, bukanlah badak, melainkan representasi dari babi hutan putih. Sosok ini adalah Avatara atau jelmaan dari Dewa Wisnu.
Dalam mitologi, Dewa Wisnu dalam wujud Varaha (babi hutan) turun ke Bumi untuk mengalahkan Hiranyaksha, seorang raksasa yang mencoba menguasai dunia. Hiranyaksha telah menjauhkan Bumi dari orbitnya di luar angkasa. Varaha berhasil membawa Bumi kembali ke orbitnya dan menyelamatkan dunia. Kisah ini diakhiri dengan Varaha yang menikahi Bumi Pertiwi, melambangkan keselarasan antara langit dan Bumi.
Kisah ini juga dapat dihubungkan dengan konsep Sabta Wara (tujuh hari) dan Panca Wara (lima hari pasaran dalam kalender Jawa). Keselarasan antara Sabta Wara dan Panca Wara, yang dikenal sebagai Dina Pitu (tujuh hari) dan Pasaran Lima, telah terjalin kembali dengan Bumi dan "Bapa Angkasa".
Pada masa transisi ini, sering kali terjadi kesalahpahaman atau bahkan upaya untuk menghilangkan makna asli dari konsep-konsep ini, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai penghilangan identitas "Hari Orang Jawa".